Kamis, 02 Agustus 2007

PENJARA(H)-PENJARA(H) MANUSIA

Peta bukanlah wilayah, persepsi bukanlah realitas (Ibrahim El-Fiky)

Seorang aktivis perempuan pejuang gender memilih untuk menunda pernikahan, menurutnya, pernikahan itu membelenggu kemerdekaan perempuan. Ia berkesimpulan begitu karena sang feminis tersebut sering mendapati dilapangan tentang realitas rumah tangga yang membelenggu, apalagi itu terjadi pada kawan-kawan dekatnya. Bahkan baru-baru ini, dia menyaksikan pertengkaran hingga penyiksaan fisik sebuah keluarga yang kebetulan tantenya sendiri. Fenomena terkungkungnya perempuan dari peran rumah tangga yang terjadi, membuat dia ragu atau selalu menunda-nunda untuk menikah hingga diusianya yang tiga puluhan lebih itu. Padahal sudah beberapa laki-laki yang ingin meminangnya namun dia selalu menolak. Kabar terakhir seorang lelaki dari pulau sebrang yang mau melamarnya, namun ia menolak dengan alasan takut peristiwa yang terjadi pada tantenya, akan menimpa pada dirinya.

Entah karena doktrin feminis, atau ijtihad pribadi, atau hanya sekedar sebuah ketakutan,Peristiwa itu berdampak besar pada dirinya, salah satunya adalah pengalaman buruk. Karena dia mengambil kesimpulan dari sudut pandang negative. Mungkin persepsi yang muncul pada dirinya adalah lelaki itu superior, wanita inferior, pernikahan adalah belenggu, sehingga jiwa feminisnya itu tersinggung. Ironinya frame pikiranya itu menyalakan cahaya negative ke seluruh tubuh. Makanya, setiap lelaki datang, ia selalu berkesimpulan sama tentang pernikahan, tentang lelaki, tentang kemerdekaan perempuan, kronisnya ia terpenjarah oleh pikiranya sendiri atau terhijabi, menggeneralisasi setiap pengalaman hingga kalimat kalimat yang muncul selalu menggunakan kalimat diksi negative, seperti; tidak, tidak bisa, tidak mau, biarin aja. Ketika dia terdesak selalu memakai jurus ampuh andalannya: emang saya begini, saya adalah saya!

DUA SISI MATA PENGALAMAN

Tergelincirnya pesawat garuda di jogjakarta beberapa bulan lalu, merupakan preseden buruk bagi penerbangan Indonesia. Bukan Cuma itu, kejadian itu meninggalkan trauma mental bagi para penumpang atau keluarga korban. Konon pak Dien Syamsuddin, salah satu penumpang yang selamat mendapatkan bisikan agar segela lompat lewat jendela. Dan Pak Dien adalah salah satu penumpang yang selamat. Mungkin andaikata Pak Dien mengingat peristiwa itu, bisa jadi dia trauma dan tidak mau lagi naik pesawat. Tapi kenyataan lain. Pengalaman akan membawa seseorang pada dua mata, yaitu traumatic dan pelajaran. Mata traumatic akan berimplikasi pada respon negative dan cara pandang yang selalu negative, hingga pada akhirnya mata ini akan membuat seseorang mengambil keputusan secara negative, karena pikiran yang negative akan memberikan sinyal pada tubuh kita secara negative pula. Adapun mata pengalaman yang kedua, akan membawa kita pada sikap dan respon untuk selalu lebih berhati-hati dan menjadikan pengalaman sebagai guru yang terbaik. Sebagaimana kata Renald Kasali dalam buku terbarunya; Pikiran itu seperti parasut, siapkan lima hal untuk melakukan perubahan besar, salah satunya adalah openes to experience melakukan perubahan besar untuk mengambil makna dari berbagai pengalaman yang telah dirasakan. Pikiran itu akan melahirkan aksi, dan aksi akan melahirkan hasil, kalau pengalaman traumatic kita jadikan pegangan untuk mengatakan tida, maka, betapapun lezatnya makanan, pikiran kita akan memberikan sinyal pada tubuh kita “jangan di makan” padahal orang-orang disekitar kita banyak yang bisa menikmatinya, namun pengalaman telah memenjara(h), sehingga kita terkungkung oleh diri kita sendiri. Sebagaimana teman saya sang feminis tadi, yang banyak menyaksikan pengalaman rumah tangga yang memenjara perempuan dan keluarga berantakan. Padahal dia sendiri belum pernah merasakan sebuah pernikahan, ironinya dia terburu-buru menjadikan pengalaman orang lain sebagai dalil untuk (tidak) belum menikah. Padahal betapa banyak wanita yang tidak terbelenggu dengan pernikahan, mengapa mereka tidak dijadikan sebagai kacabenggala yang imbang? Fatalnya ketika teman-temannya yang lain bertubi-tubi memberikan pertanyaan padanya “kapan kawin?” dia sangat stress mendengarnya, apalagi sekarang sudah bulan agustus, sehingga dia tidak bisa menjawab lagi “ mei be yes, mei be no” karena bulan mei sudah lewat.

Saya teringat cerita lucu yang entah dari mana sumbernya. Disebuah kampung, ada seorang perawan tua, setiap hari dia selalu berdoa agar di berikan jodoh yang tepat. Hari pertama datanglah seorang duda yang ingin melamarnya, namun sang perawan menolak, dengan alasan dia masih perawan. Hari kedua datang sang pengembala yang hanya tamatan sekolah rendahan, dia menolaknya, karena dia seorang sarjana yang bergelar master. Hari ketiga datanglah seorang sarjana yang pincang kakinya, diapun menolaknya dengan alasan dia gadis sempurna yang tidak cacat satupun. Setelah itu tidak ada pemuda datang lagi, dan akhirnya sang perawan meninggal. Datanglah malaikat untuk menginterogasi.

“ Mengapa kamu tidak menikah?” Tanya malaikat pada sang perawan.

“ Karena tidak ada pemuda yang cocok untukku.” Jawab sang perawan singkat.

“ Bukankah ada tiga pemuda datang melamarmu?” Bantah malaikat padanya

“ Iya tapi, hanya seorang duda, pengembala, dan sarjana pincang. Ketiga-tiganya nggak cocok buatku. Tidak ideal! Jawab sang perawan.

“Lelaki seperti apakah yang ideal buatmu?” Tanya sang malaikat lebih penasaran lagi

“Seperti Leonardo, Tom Cruise, David Bekham.” Jawab sang perawan itu singkat.

“Ketiga pemuda itulah Leonardo, Tom Cruise dan David Beckham yang sesungguhnya yang datang padamu. Hanya saja kamu salah memandangnya. Peta bukanlah wilayah, persepsi bukanlah realitas.” Kata malaikat pada sang perawan itu.

“Kalau begitu kamu divonis mati sia-sia! Karena kamu menyia-nyiakan rahim suburmu.

Sang perawan tadi tertunduk pilu, tiba-tiba dia teringat ceramahnya Ali Syariati, salah satu penjara manusia adalah faham historisme. Ia pun berdoa pada tuhan agar dikembalikan ke dunia, dan akan menerima siapapun yang datang, karena disetiap ujung kelemahan pasti ada kelebihan, dan begitulah sebaliknya.

Bersambung….



Tidak ada komentar: